11.25.2010

Dibutuhkan Dukungan untuk Ibu Bekerja Menyusui

Perempuan memerlukan dukungan yang lebih kuat untuk tetap memberikan ASI selama bekerja. Tak hanya sosialisasi melalui workshop untuk meningkatkan kesadaran ibu bekerja agar tetap menyusui. Kampanye nasional, regional, bahkan global juga diperlukan untuk membangun kekuatan dukungan bagi ibu bekerja. Strategi komprehensif juga perlu dilakukan dengan melibatkan para pembuat kebijakan dan berbagai institusi terkait pendidikan, kesehatan, bahkan perdagangan. Selain itu diperlukan langkah nyata dan aktif untuk memberikan solusi bagi ibu bekerja, seperti membentuk daycare dengan kurikulum berbasis pada kebutuhan anak itu sendiri.

Isu inilah yang disuarakan India, Filipina, dan Vietnam, dalam presentasinya pada sesi pertama mengenai strategi untuk mendukung perempuan bekerja. Presentasi ini disampaikan dalam Forum One Asia 7, berlangsung di Hotel Grand Flora, Kemang, Jakarta, Jumat (12/11/2010).


Ibu bekerja butuh dukungan menyusui karena siklus hidup dan beban kerja
Ridha Holla dari The Breastfeeding Promotion Network of India (BPNI), menyampaikan dalam presentasinya bahwa dukungan yang diberikan kepada perempuan bekerja bisa mendorong perempuan untuk memberikan ASI.

Sebagai bentuk dukungan, BPNI, membangun strategi kampanye bertajuk One Million Campaign. Ridha menjelaskan kampanye yang bersifat global ini berusaha menjangkau berbagai kalangan dari setiap negara. Berbagai komunitas atau institusi bisa terlibat dalam kampanye global ini dan menyampaikan suaranya dengan mengakses www.onemillioncampaign.org.

Pesan yang disampaikan One Million Campaign di antaranya adalah pemahaman bahwa perempuan bekerja sepenuhnya membutuhkan dukungan untuk menyusui. Perempuan, kata Ridha, mengalami kondisi kekerasan sepanjang siklus hidupnya. Perempuan juga melakukan pekerjaan reproduktif bersamaan dengan pekerjaan produktif. Berbagai kondisi yang dialami perempuan inilah yang membuat dukungan menyusui menjadi isu yang teramat penting.
Yang dimaksud Ridha dengan siklus kekerasan dalam hidup perempuan di antaranya, perempuan dipaksa menikah dalam usia muda, mengalami kekerasan seksual dalam rumah tangga, bahkan "perkosaan" dalam pernikahan. Latar belakang kondisi perempuan yang seperti ini berisiko pada kesehatannya seperti anemia, depresi, dan komplikasi kehamilan.

Persoalan perempuan yang juga disoroti India adalah beban kerja ganda. Perempuan menjalani pekerjaan reproduktif seperti memasak, mengasuh anak, mengurus rumah tangga, sekaligus melakukan pekerjaan produktif di pertanian, perkebunan, hingga perkantoran. Kondisi kompleks yang dialami perempuan dalam kesehariannya inilah yang melatari mengapa mendukung ibu bekerja untuk menyusui adalah isu penting.

Daycare dengan kurikulum berbasis kebutuhan anak
Persoalan lain yang dihadapi ibu bekerja adalah pengasuhan anak. Perwakilan dari Filipina, Celerina Castro, menyampaikan presentasinya dengan fokus pada solusi daycare untuk ibu bekerja. Arugaan Creche adalah solusi ibu bekerja yang menyediakan pelayanan penitipan anak dengan memerhatikan tumbuh kembang anak serta mendukung ibu menyusui melalui berbagai kegiatan dan programnya.

Program daycare yang dijalankan sejak pukul 07.00 hingga pukul 17.00 saat orangtua bekerja, dirancang untuk merangsang perkembangan motorik, sensoris, persepsi, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional anak.

Meningkatkan kesadaran menyusui melalui iklan televisi
Dua LSM asal Vietnam, Cephad dan Light, menyoroti pentingnya dukungan lembaga legistatif dalam mendukung ibu bekerja untuk menyusui. Kebijakan yang ramah ibu bekerja perlu diciptakan dengan melibatkan menteri kesehatan, pendidikan, pedagangan, dan berbagai institusi terkait seperti serikat pekerja dan organisasi perempuan.
Kampanye mengenai menyusui dan cuti enam bulan bagi ibu bekerja adalah beberapa isu yang ditekankan Cephad dan Light. Berbagai cara lainnya dilakukan keduanya untuk memberikan edukasi dan advokasi yang fokus pada isu seputar ASI dan menyusui.

Kaum ibu di komunitas, masyarakat kota, hingga yang tinggal di pedesaan, adalah sasaran mereka. Bahkan, edukasi tentang reproduksi dan menyusui juga diberikan kepada mereka yang belum atau akan menikah. Isu menyusui bukan hanya disampaikan melalui pelatihan atau workshop, tetapi juga melalui iklan televisi.

"Iklan televisi mengenai ibu menyusui lebih efektif untuk mengedukasi perempuan yang tinggal di perkotaan, selain juga untuk mengimbangi serbuan iklan televisi mengenai susu formula," papar Huong Nguyen Thi Lan dari Cephad.

Sejumlah negara peserta lainnya seperti Singapura, Myanmar, Thailand, dan Indonesia, menyampaikan sejumlah fakta dan pencapaian untuk mendukung ibu menyusui, di antaranya melalui pelayanan melahirkan di rumah sakit yang ramah ibu dan bayi. Dukungan terhadap ibu menyusui nyatanya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di Indonesia, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) mewadahi kebutuhan kaum ibu, termasuk perempuan bekerja, untuk mengedukasi dirinya dan menyuarakan haknya untuk menikmati masa menyusui, terutama ASI eksklusif selama enam bulan.

Pengalaman berbagai negara di Asia inilah yang ingin disampaikan dalam Forum One Asia 7, sebagai bentuk dukungan dan ajang menjalin kekuatan bersama mendukung ibu menyusui. Melalui forum ini juga nantinya akan lahir deklarasi yang menjadi rekomendasi setiap negara atau organisasi untuk mendukung ibu menyusui, terutama bagi perempuan bekerja.
Sumber:http://female.kompas.com/read/xml/2010/11/12/1300278/dibutuhkan.dukungan.untuk.ibu.bekerja.menyusui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar